Jumat, 20 Februari 2009

Al-Quran Berhasil Rubah Hukum Perpustakaan Inggris!

INGGRIS (SuaraMedia) – Para pustakawan Inggris saat ini telah diberi tahu untuk meletakkan Al-Quran di tempat yang sejajar dengan kitab suci agama lainnya, untuk menghindari menyinggung perasaan umat Muslim.

Beberapa Muslim yang sebelumnya menemukan Al-Quran yang diletakkan di rak buku sebelah bawah di beberapa perpustakaan Leicester, melayangkan keluhan mereka dan mengatakan bahwa Al-Quran seharusnya diletakkan di rak teratas.
Menanggapi hal tersebut, kementerian mengeluarkan kebijakan baru yang mengharuskan Al-Quran diperlakukan sama dengan kitab suci agama lainnya, dan harus diletakkan di rak teratas.Kebijakan serupa juga dikeluarkan Dewan Islam urusan Museum dan Perpustakaan yang mengatakan untuk meletakkan Al-Quran di atas apapun karena Al-Quran merupakan Kitab Suci yang diberikan Allah.

Laporan terbaru menyebutkan Dewan Keperpustakaan telah berdiskusi dengan Organisasi Islam dan mengambil kesimpulan mereka akan meletakkan seluruh kitab suci di rak teratas.

Artinya tidak akan ada pihak manapun lagi yang tersinggung jika tiap kitab suci diperlakukan dengan cara yang hormat, namun tidak ada yang lebih tinggi daripada lainnya.

Robert Whelan, salah seorang pakar mengatakan, “Museum dan perpustakaan bukanlah tempat untuk beribadah. Disana seharusnya tidak terdapat hal-hal yang berkaitan dengan agama.”

“Namun sangat melegakan mengetahui tidak ada museum dan perpustakaan yang menyebabkan pertikaian, terutama pertikaian antar agama.”

Inayat Bunglawala, seorang pakar lainnya menyebutkan, “Jika negara telah mengatur kitab suci apapun, termasuk Al-Quran, untuk berada di rak teratas, maka itu adalah bentuk penghargaan perpustakaan terhadap kitab suci.”

Selain mendapat dukungan, Kebijakan tersebut juga mendapat beberapa pertentangan.

Simon Calvert dari Universitas Kristen mengatakan, “Mengecewakan sekali kebijakan yang telah ditetapkan dapat dirubah hanya karena kepentingan satu kelompok.”

“Saya harap kebijakan tersebut dipikirkan ulang.”

Beberapa pustakawan menuturkan mereka merasa kesulitan dalam mengambil beberapa keputusan, terutama jika berkaitan dengan keyakinan. Menteri Kebudayaan Barbara Follett mengatakan, “Seharusnya kita memberikan para staff pengetahuan yang cukup tentang agama apaun untuk menghindari salah paham semacam ini, namun di saat yang sama mereka juga harus memberikan pengetahuan, pendidikan, dan kebudayaan.
dikutip dari http://www.suaramedia.com

0 komentar: